Minggu, 19 April 2020

Puisi-puisi Pilihan dalam Antologi Corona

Bagaimana membangun ide judul puisi adalah bagaimana mata dan mata hati memandang kehidupan di alam ini. Sangat banyak garapan ide puisi namun banyak penulis terbelenggu oleh tema yang disuguhkan, Padahal tema itu menyuguhkan yang sangat luas disamping objek juga dampak dan penyebab. Arinya tema dapat ditarik kebelakang bahkan ke depan.

Sebagai contoh, misalnya tema corona yang sangat luas ini tentu ada dampahk dari tema misalnya ketika anak-anak diliburkan, maka banyak judul yang ringan namun mengena dan merupakan sesuatu yang baru. Misalnya "Kangen Sama Ibu Guru"

Puisi terkadang menyuguhkan alur, sebuah cerita namun tak lepas tetapi luas. Apresiasi milik pembaca, apresiasi yang beraneka menjadikan banyak pendapat diberikan. Apresiasi didapat karena memang menarik. Adalah Is Mugiyarti penyair dari Sragen ini sanggup membentuk puisi bertema corona dengan cukup baik dan enak dibaca. Maksud yang cukup istimewa ini meski belum seperti "Karangan Bunga" karya Taufiq Ismail , silahkan bandingkan. Namun demikian Is Mugiyarti telah memberikan hal istimewa dalam buku ini.

Sapu

pekiknya riang

ditolaknya terlalu kencang

ke bawah sepatu bapaknya

patah jadi dua

ditimangnya

pensil tak bisa diraut

sedang buku-buku

diam masam

pun bapaknya datang

dua pensil disorongkan

pensil terserut

dipilin-pilin

cemas tergigit

dan suatu malam

anak itu

demam terbatuk covid

Sragen, 6 April 2020

Taufiq Ismail :

Karangan Bunga,

Tiga anak kecil..

Dalam langkah malu-malu..

Datang ke salemba..

Sore itu…

Ini dari kami bertiga..

Pita hitam pada karangan bunga..

Sebab kami ikut berduka..

Bagi kakak yang ditembak mati..

Siang tadi…

Ada sesuatu yang belum penulis dibangkitkan yaitu memberikan suguhan puisi sekaligus pengetahuan. Tema Corona dengan kesehatan tampak begitu melekat. Bagaimana penulis menyuguhkan kata-kata baru dibidang kesehatan namun memberi makna puisi yang menarik. Berikut Puisi yang dikarang Rut Retno Astuti judulnya sangat bagus " Doa Kami dari Klinik Ini" kata 'klinik memberi kata baru dibidang kesehatan, Sayang Rut Retno Astuti kurang menyuguhkan kata baru lainnya meski banyak disebut, misalnya alat pelindung diri, pencegahan dsb bila menggunakan kata baru menjadikan puisi lebih dalam dengan memiliki arti dari tiap kata baris dan baitnya.

DOA KAMI DARI KLINIK INI

Ya Tuhan, dari ruang periksa, kami berdoa

Jauhkan kiranya kami dari keganasan Corona

Dari sergap maut dan ketiadaan tersia-sia

Agar banyak orang yang tertolong kesehatannya

Meski telah banyak tokoh baik, menjadi korbannya

Kondisi klinik dan pasien panik, merubah suasana

Alat pelindung diri dan pencegahan, apa adanya

Kami tetap melayani dalam doa sepenuh jiwa

Anugerahi kami keberanian dan iklas tak terbatas

Agar kami tangguh dan bungkam nyinyir tak jelas

Kami amini, badai ini cepat berlalu, tak berbias

Agar kami pulih, hidup tulus tanpa luka berbekas

*)Sanggar Griya Prima, Sumedang, 30 Maret 2020
Adalah Salman Yoga S penyair aceh yang berbakat dan pernah diundang di Kongres Sastrawan II di Jakarta beberapa tahun lalu. Salman memang penyair jempolan . Kearifan lokal di daerahnya menjadikan sumber inspirasi yang tidak akan habisnya. Dalam masa corona ini ia padukan kearifan lokal itu dengan corona. Di daerah terpencil tempat tinggalnya ia buktikan dengan puisi dengan mengangkat kopi sebagai produk unggulan di sana untuk dikenalkan , bahkan di masa corona ia sanggup memberikan puisi yang menawan Pilihan kata yang bagus menandakan kepiawaian Salman dalam mencipta syair.

Corona Kota, Kopi Kampung

Berdiam di pekebunan tidak sepi dari mikroorganisme

Menyuburkan tanah menghijaukan dedaunan

Bakteri-bakteri bermutualisme dengan tetumbuhan dan manusia

Damai bersama alam dan segala makhluk

Kopi kampung mengakrapkan segala musim

Berdiam di kota riuh dengan corona

Wabah virus yang takuti semua negara

Pagi siang senja hingga malam penuh waspada

Bahkan yang bertutup mulutpun curiga

Karena ia bisa berpindah dengan segala benda

Bersimbiosis parasitisme di dalam raga

Kupilih bermaustin di Vilar Wih Ilang

Perkebunan kopi yang selalu setia menerima dan memberi

Melafal gelisah menyaksikan matahari timbul dan tenggelam

Mengakrapi setiap perdu-perdu dengan nafas kehidupan

Bersimbiosis netralisme di bawah langit berpayung awan

Vilar Wih Ilang, Gayo – Aceh Tengah 2020