Senin, 20 April 2020

Kawan Lama,

Salimi Ahmad, lahir di Jakarta 22 Mei 1956. Buku puisinya ‘Di Antara Kita’ (2009), dan beberapa puisinya tersebar di beberapa antologi puisi lainnya yang terbit sejak tahun 2010 – 2020.

Dalam antologi corona ini ia menulis bagus puisi yang cukup panjang namun baris dan baitnya tampak bernas. Banyak orang menulis puisi panjang namun bait baitnya kadang sama arti dengan bait sebelumnya sehingga menjenuhkan. Tidak demikian bagi penyair Betawi yang akrab dipanggil "Encang" ini berikut puisinya mari kita simak.





79.Salimi Ahmad, Jakarta

Pandemi Covid 19

otakku ini sepertinya harus dicuci

bukan dengan rinso atau bayclean

yang konon terbukti ampuh

membersihkan kotoran,

menghilangkan noda dan bercak

yang melekat

aku harus mencuci otakku, kukira

dari wabah virus corona ini

yang sedang gencar-gencarnya

memporanporandakan dunia

dunia nyata maupun dunia imajinasi

dari penduduknya yang gelisah

aku harus mencuci otakku, kukira

dari segenap kesalahan yang mungkin saja

telah diperbuatnya

dari penderitaan masyarakat bawah

yang terpangkas rejekinya akibat social distancing

dari kepanikan masyarakat menengah - atas

membayangkan akan kelaparannya

yang bakal membuat hidup kian susah lagi merana

dari pikiran membebaskan 30.000 napi kriminal

di penjara-penjara, hanya untuk maksud

yang sangat mudah dibaca: ketakutan para koruptor

mati terasing di kandang mewahnya - jeruji

yang tak bakal membawa kehormatan dirinya.

aku harus mencuci otakku, kukira

untuk tegar membelah semangat

para pejuang yang menjaga nyawa banyak orang

dan menebar kebangggaan

di tengah peralatan serba kekurangan

dokter, perawat, para relawan medika,

orang-orang yang mengasihi dan

berjuang menjaga hidup kemanusiaan

aku harus mencuci otakku, kukira

menjaga semangat dan bersemangat berjaga

jarak yang tak menimbulkan fitnah yang telah begitu

gencar mengisi banyak informasi, bertebaran,

kalap memahami “makna” wabah

aku harus mencuci otakku, kukira

bukan dengan segala benda-benda itu, bukan

sebagai pengetahuan, perselisihan, perdebatan

yang mengandung pembenaran takliq,

pengutipan doktrin manusia

aku akan bergembira mencuci otakku

bukankah shalat dan cinta, takkan terterima

ketika suci jadi permainan mata.

Jakarta, 8 April 2020

Minggu, 19 April 2020

Puisi-puisi Pilihan dalam Antologi Corona

Bagaimana membangun ide judul puisi adalah bagaimana mata dan mata hati memandang kehidupan di alam ini. Sangat banyak garapan ide puisi namun banyak penulis terbelenggu oleh tema yang disuguhkan, Padahal tema itu menyuguhkan yang sangat luas disamping objek juga dampak dan penyebab. Arinya tema dapat ditarik kebelakang bahkan ke depan.

Sebagai contoh, misalnya tema corona yang sangat luas ini tentu ada dampahk dari tema misalnya ketika anak-anak diliburkan, maka banyak judul yang ringan namun mengena dan merupakan sesuatu yang baru. Misalnya "Kangen Sama Ibu Guru"

Puisi terkadang menyuguhkan alur, sebuah cerita namun tak lepas tetapi luas. Apresiasi milik pembaca, apresiasi yang beraneka menjadikan banyak pendapat diberikan. Apresiasi didapat karena memang menarik. Adalah Is Mugiyarti penyair dari Sragen ini sanggup membentuk puisi bertema corona dengan cukup baik dan enak dibaca. Maksud yang cukup istimewa ini meski belum seperti "Karangan Bunga" karya Taufiq Ismail , silahkan bandingkan. Namun demikian Is Mugiyarti telah memberikan hal istimewa dalam buku ini.

Sapu

pekiknya riang

ditolaknya terlalu kencang

ke bawah sepatu bapaknya

patah jadi dua

ditimangnya

pensil tak bisa diraut

sedang buku-buku

diam masam

pun bapaknya datang

dua pensil disorongkan

pensil terserut

dipilin-pilin

cemas tergigit

dan suatu malam

anak itu

demam terbatuk covid

Sragen, 6 April 2020

Taufiq Ismail :

Karangan Bunga,

Tiga anak kecil..

Dalam langkah malu-malu..

Datang ke salemba..

Sore itu…

Ini dari kami bertiga..

Pita hitam pada karangan bunga..

Sebab kami ikut berduka..

Bagi kakak yang ditembak mati..

Siang tadi…

Ada sesuatu yang belum penulis dibangkitkan yaitu memberikan suguhan puisi sekaligus pengetahuan. Tema Corona dengan kesehatan tampak begitu melekat. Bagaimana penulis menyuguhkan kata-kata baru dibidang kesehatan namun memberi makna puisi yang menarik. Berikut Puisi yang dikarang Rut Retno Astuti judulnya sangat bagus " Doa Kami dari Klinik Ini" kata 'klinik memberi kata baru dibidang kesehatan, Sayang Rut Retno Astuti kurang menyuguhkan kata baru lainnya meski banyak disebut, misalnya alat pelindung diri, pencegahan dsb bila menggunakan kata baru menjadikan puisi lebih dalam dengan memiliki arti dari tiap kata baris dan baitnya.

DOA KAMI DARI KLINIK INI

Ya Tuhan, dari ruang periksa, kami berdoa

Jauhkan kiranya kami dari keganasan Corona

Dari sergap maut dan ketiadaan tersia-sia

Agar banyak orang yang tertolong kesehatannya

Meski telah banyak tokoh baik, menjadi korbannya

Kondisi klinik dan pasien panik, merubah suasana

Alat pelindung diri dan pencegahan, apa adanya

Kami tetap melayani dalam doa sepenuh jiwa

Anugerahi kami keberanian dan iklas tak terbatas

Agar kami tangguh dan bungkam nyinyir tak jelas

Kami amini, badai ini cepat berlalu, tak berbias

Agar kami pulih, hidup tulus tanpa luka berbekas

*)Sanggar Griya Prima, Sumedang, 30 Maret 2020
Adalah Salman Yoga S penyair aceh yang berbakat dan pernah diundang di Kongres Sastrawan II di Jakarta beberapa tahun lalu. Salman memang penyair jempolan . Kearifan lokal di daerahnya menjadikan sumber inspirasi yang tidak akan habisnya. Dalam masa corona ini ia padukan kearifan lokal itu dengan corona. Di daerah terpencil tempat tinggalnya ia buktikan dengan puisi dengan mengangkat kopi sebagai produk unggulan di sana untuk dikenalkan , bahkan di masa corona ia sanggup memberikan puisi yang menawan Pilihan kata yang bagus menandakan kepiawaian Salman dalam mencipta syair.

Corona Kota, Kopi Kampung

Berdiam di pekebunan tidak sepi dari mikroorganisme

Menyuburkan tanah menghijaukan dedaunan

Bakteri-bakteri bermutualisme dengan tetumbuhan dan manusia

Damai bersama alam dan segala makhluk

Kopi kampung mengakrapkan segala musim

Berdiam di kota riuh dengan corona

Wabah virus yang takuti semua negara

Pagi siang senja hingga malam penuh waspada

Bahkan yang bertutup mulutpun curiga

Karena ia bisa berpindah dengan segala benda

Bersimbiosis parasitisme di dalam raga

Kupilih bermaustin di Vilar Wih Ilang

Perkebunan kopi yang selalu setia menerima dan memberi

Melafal gelisah menyaksikan matahari timbul dan tenggelam

Mengakrapi setiap perdu-perdu dengan nafas kehidupan

Bersimbiosis netralisme di bawah langit berpayung awan

Vilar Wih Ilang, Gayo – Aceh Tengah 2020

Corona dan Keprihatinan


Di sudut lain corona juga membuat keprihatinan dan kesusahan bagi masyarakat kecil. Ekonomi keluarga yang pas-pasan itu semakin terpuruk karena aktivitas pendapatan rutin keseharian mereka terganggu. Bagaimana tidak ketika orang banyak tinggal di rumah, dagangan menjadi sepi. Pekerja bangunan dihentikan . Sopir angkutan umum tak kuat lagi membeli bensin karena tak seimbang pendapatan. Petani yang kelihatan ayem, kini tampak risau karena tidak ada waKtu gotong royong.
Corona juga menjadi kejenuhan bagi anak2 pelajar di rumah terus. Selain menjadi malas juga termaduk guru-guru mereka.

Banyak diantara penyair sebagai pejuang yg turut menguatkan mental bangsa ini, membutuhkan sekali kepedulian pemerintah.
Tetapi penyair bkn pengemis, jika yg lain diberi sembako kami sdh kenyang. jika yg lain diberi uang, kami tak membutuhkan uang.
Tetapi penyair jg adalah manusia yg tidak kebal terhadap virus corona, mereka patut diperhatikan juga agar tetap terus berkarya




Corona (covid 19) dan Cinta

Corona (covid 19) dan Cinta

Corona bagi penyair adalah sesuatu yang baru tetapi sudah lama ditulis penyair dalam kontek pencegahan terhadap bahaya masuknya penyakit dari luar negeri di nusantara ini. Seperti sebelumnya , misalnya tentang Aids (HIV) atau Flu burung ( Avian influenza (AI)).

Penyair dengan jiwanya yang memiliki kepedulian segala macam lewat puisi adalah perbuatan terpuji. Mereka menjaga, mencegah, bahkan juga pelipur lara dan menghibur.

Doeloe ketika Indonesia dalam bahaya diserang Belanda (penjajah) Ismail Marzuku tak hanya mencipta lagu perjuangan tetapi juga cinta di masa perjuangan. Dinda Bestari, misalnya dikarang oleh Suprono untuk mengabadikan cinta dimasa negara dalam keadaan bahaya. Nah bagaimana dengan saat ini dimana negara dalam keadaan bahaya virus corona yang juga disebut covid19 kenapa Anda tidak menulis cinta di masa bahaya corona?

Presiden telah berbuat tepat terhadap Negara Kesatuan republik Indonesia. Keadaan bahaya bukan terhadap serangan musuh saja tetapi juga keselamatan rakyatnya. Termasuk keselamatan bangsa ini. Virus mematikan ini bersifat masal maka tepat jika Presiden memberlakukan 'diam di rumah agar virus tidak menyebar meluas terhadap bangsa ini.

Aneka rupa orang memandang corona. Ada yang menyepelekan, ada yang sebaliknya ketakutan, ada yang waspada, ada yang biasa-biasa saja. Keimanan tentu kematian di tangan Yang Maha Kuasa, namun bukankah kebersihan juga sebagian dari iman?

Jika penyair memiliki kepedulian terhadap segala macam bidang, bahkan sejak dulu mengapa tidak sebaliknya masyarakat juga negara memiliki kepedulian terhadap penyair? Tetapi kita (penyair) tak harus meminta pamrih apalagi upah atas karya kita. Atau pura-pura membantu program pemerintah. Jika itu ada kecil sekali porsi itu dibanding kepedulian penyair pada umumnya. (Rg Bagus Warsono)

Ternyata corona menyimpan banyak ide kreativ yaitu salahsatunya pembuatan karya puisi. Waktu yang relatif banyak di rumah leluasa untuk berkarya sastra. Namun demikian meski di rumah mereka ternyata tidak kehilangan ide judul puisi. Aneka ragam daya cipta sang penyair menjadikan antologi ini tampak menggambarkan keseluruhan tragedi Indonesia di tahun 2020.

Peristiwa demi peristiwa direkam oleh penyair dari seluruh Indonesia. Rekaman peristiwa dengan seni sastra itu memuat tentang pemahaman, pandangan orang-perorang, obat mujarab, dokter dadakan, sampai tentang orang dalam pengawasan, pasien dalam perawatan hingga ajal .

Pentingnya Imunisasi

Pentingnya imunisasi

   Kini masyarakat semakin sadar dengan merebaknya bahaya virus corona. Virus mematikan ini hingga saat ini belum ada obat yang resmi dipertanggungjawabkan pemerintah sebagai ibat mujarab. Imunisasi yang diberikan pada anak anak bahkan kerap gratis diberikan oleh negara melalui gerakan Posyandu telah dimiliki masyarakat sebagai kesadaran menjaga kesehatan. Imunisasi yang beraneka pencegahan dan kekebalan penyakit pada balita dan ibu hamil itu perlu ditingkatkan pelayanannya pada orang dewasa dan juga manula, imun pada penyakit penyakit yg menyerang orang dewasa.
Imunisasi pada balita telah dirasakan oleh rakyat Indonesia manfaatnya. Pembuktian itu ada peningkatan kesehatan anak anak Indonesia oleh penilaian unicef, bahwa Indonesia kini bukan lagi negara dengan gizi rendah pada anak-anak.

   Harapannya semoga peneliti dan ahli ahli kedokteran kita dapat menemukan imun terhadap virus corona. Sehingga ketika balitita anak-anak Indonesia diberi kekebalan serangan virus jahat ini. Semoga.

(Rg Bagus Warsono)

Kisah kitas Sedih di Saat Masa Corona

Di sebuah sudut desa, sebuah rumah kecil berisi 8 jiwa keluarga dengan empat anak dan dua kakek nenek. Ibu dan Bapak yang keseharian bekerja berjualan makanan jajanan di pasar sejak corona tak lagi berjualan.

Dicobanya juga membuat separuh yang seperti biasa ternyata kurang laku juga sebab bakul yang membeli dan berjualan di sekolah-sekolah tidak berjualan lagi.

Pendapatan yang praktis tidak ada ini mengakibatkan pinjam kesana kemari baik bahan makanan maupun uang. Akhirnya sampai juga pada ujung dimana tidak ada lagi saudara yang memberi pinjaman terpaksa apa yang ada dijual untuk bertahan.

Di lain tempat, seorang pemuda yang bekerja di tempat cucian sepeda motor hanya pulang sore hari membawa Rp.25.000,- padalahal biasanya setiap hari bisa membawa seratus ribu.


Pemuda itu adalah tulang punggung keluarga. Dibelikannya sekilo beras. dan bebrapa rupiah pada ibunya. Adik-adiknya yang biasa mengharap kakaknya itu membawa sekedar makanan kini hanya tangan hampa.

Majikannya di kota tak dapat memberi bantuan karena memang upah itu dibagi bersama pencuci sepeda motor lain setiap hari.

Di rumah lain , ibu penjual nasi kuning yang biasa mangkal di perempatan dengan langganan pembeli pegawai dan anak sekolah kini tak kelihatan berjualan di sana. Dicobanya untuk berjualan secara online tetapi tetap saja sepi karena memang belum menguasai pemasaran online.

Terpaksa ia ngider di bebrapa tetangga memang ada yang membeli tetapi tak memnuhi harapan. Banyak keluarga yang membuat sarapan pagi untuk kebutuhan keluarganya sendiri karena memang banyak tenaga di rumah.

Ibu penjual nasi kuning itu kini hidup dari menjual barang-barang miliknya satu per satu. Dalam hati ibu itu yang penting jangan sampai menjual temapat tinggalnya ,

Kisah lainnya dialami bapak penjual bubur kacang yg menggunakan gerobak dorong dan buka di malam hari di alun alun. Kini tak dijumpainya lagi bubur kacang yg membuat segar tukang ojek online berkumpul.

Pernah sekali waktu mencoba berangkat berjualan. Tetapi ia pulang tak seperti biasanya. keadaan sangat sepi . memang ada yg membeli tetapi tidak nongkrong di bangku di depan gerobak , satu dua orang yang membeli dibungkus plastik. akhirnya ia pulang dengan bubur kacang yg masih separo.

tukang ojek langganannya juga hanya mendekat dan pergi lagi. mereka menyadari untuk tdk kumpul kumpul dengan sesama teman di satu tempat. Kini pak tua itu hanya memandangi gerobaknya yang bannya mulai kempes. Terpaksa kel itu berbuat untuk berhemat sambil menunggu perubahan terjadi. dan kembali dpt berjualan lagi.


Kisah lainnya dialami keluarga pelayan rumah makan. Sejak corona sang ibu yang menjadi juru masak sekaligus pelayan di sebuah rumah makan terpaksa diliburkan oleh majikannya.

Biasanya setiap hari ibu itu membawa nasi bungkus dan sayur dan gorengan lauk yg tidak laku dan tidak bertahan jika sampai sehari. Di rumah suudah terbiasa nasi dan lauk sisa itu menjadi harapan keluarga yakni tiga anak.

Sedang suaminya sudah tidak ada. Terpaksa ibu itu mencari pekerjaan masak di tempat lain yakni tetangga yg mampu, namun saat corona ini tak satu pun tetangga yang mau menerimanya.

Jadilah ibu itu meminta pinjaman ke majikannya. Majikannya memberi bantuan hanya sebulan gaji itu pun sebagai pengikat kelak jika corona sdh tidak ada ibu itu harus bekerja kembali. Setelah sebulan uang dipakai habis kini tak ada uang lagi .


Jadilah ibu itu mulai menjual barang barang miliknya Akhirnya mulai ia melirik beberapa entog dan ayam yang hanya beberapa ekor untuk dijual satu per satu.

Padahal entog dan ayam itu sewaktu 2 membantu keluarga dengan telurnya yang bisa dijual atau ditukar beras. Akankah keluarga ibu itu dapat bertahan? Semoga diberikan jalan dan limpahan rejeki.



Daftar Penyair Corona

Penyair :

1.A.Zainuddin Kr, (Pekalongan)
2.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi (Aceh)
3.Ade Sri Hayati, (Indramayu)
4.Aditya Mahdi F, (Depok)
5.Agus Mursalin, (Kedungwinangun)
6.Agus Pramono, Mojokerto
7.Agus Sighro Budiono, (Bojonegoro)
8.Agustav Triono, (Purbalingga)
9.Andi Jamaluddin, AR. AK.,
10.Anisah, (Magelang)
11.Anisah Effendi, (Indramayu)
12.Arif Abdil Bar, (Probolinggo)
13.Arya Setra, (Jakarta)
14.Asep Muhlis , (Serang)
15.Asih Minanti Rahayu, (Jakarta)
16. Asril Arifin(Indramayu)
17.Asro al Murthawy, (Marangin)
18.Azti Kintamani K , Bandung
19.Azizah Rifada Muhallima,
20.Bambang Eka Prasetya (Magelang)
21.Beti Novianti, (Bengkulu)
22.Buana KS, (Bungo)
23.Brigita Neny Anggraeni, (Blora)
24.Caridah Hartati,
25.Dhea Lingkar , (Surabaya)
26.Diah Natalia, (Jakarta)
27.Dian Rusdi, Bandung
28.Dwi Wahyu Candra Dewi, Blora
29.Dyah Setyawati, (Tegal)
30.Eksan Su, Malang
31.Eli Laraswati, (Jakarta)
32.Emby Bharezhy Boleng Metha,
33.Eri Syofratmin, Bungo
34.Evita Erasari, Semarang
35.Firman Wally, Ambon
36.Gampang Prawoto, Bojonegoro
37.Gilang Teguh Pambudi.
38.Giyanto Subagio, Jakarta
39.Hermawan , Padang
40.Hasani Hamzah (Pamekasan)
41.Herisanto Boaz, (Bandung)
42.Heru Patria, Pageblug, (Blitar)
43.Heru Mugiarso, (Semarang)
44.Harkoni Madura (Banyuates)
45.I Made Suantha, (Denpasar)
46.Iie Alie (Yusriani), Jogyakarta
47.Indri Yuswandari, Kendal
48.Irna Ernawati ,
49.Is Mugiyarti, Sragen
50.Junaidi,
51.Kurliyadi, (Cirebon)
52.Kurnia Kaha, (Jakarta)
53M. Johansyah
54.M.Muchdlorul Faroh ,
55.Marlin Dinamikanto , (Depok)
56.Meinar Safari Yani, Klaten
57.Mohammad Mukarom, (Wonosobo)
58.Mim A Mursyid, (Madura)
59.Muhammad Jayadi , (Balangan)
60.Muhammad Lefand , (Jember)
61.Muhammad Tauhed Supratman, Pamekasan
62.Maya Ofifa Kristianti , (Semarang)
63.Nanang R Supriyatin,
64.Naning Scheid , Brussel
65.Nok Ir, Jakarta
66.Nuraedah, Indramayu
67.Nurinawati Kurnianingsih(Cilacap)
68.Omni Koesnadi (Jakarta)
69.Profijesarino Ubud DH. Bandung
70.Pensil Kajoe , (Banyumas)
71.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)
72.Rosmita, Muaro Jambi
73.Rayako Dekar King, SY, Aceh
74.Ryan Aria Arizona, Pekalongan
75.Roymon Lemosol (Ambon)
76.Rut Retno Astuti, (Bandung)
77.Raden Rita Maimunah, (Padang)
78.Sahaya Santayana, (Tasikmalaya)
79.Salimi Ahmad, Jakarta
80.Salman Yoga S, Aceh
81.Sami’an Adib, Jember
82.Sanur Keziandari, Bandung
83.Sarwo Darmono, (Lumajang)
84.Silivester Kiik,
85.Siswo Nurwahyudi , (Bojonegoro)
86.Soei Rusli,
87.Supianoor , (Kusan Hulu)
88.Sutarso, (Sorong)
89.Sutarno Sk, (Jakarta)
90.Sukma Putra Permana, (Bantul)
91.Sulistyo , (Jakarta)
92.Sugeng Joko Utomo ,  (Tasikmalaya)
93.Sujudi Akbar Pamungkas, Tuban
94.Sudarmono , (Bekasi)
95. Sumrohadi , Pamekasan
96.Supriyadi Bro (Surabaya)
97.Suyitno Ethexs, (Mojokerto)
98.Syafaruddin Marpaung, Tanjungbalai
99.Syahriannur Khaidir, Sampang
100.Syamsul Bahri,
101.Teguh Ari Prianto:, (Bandung)
102.Tjaha Kum, (Hoelea)
103.Uswatun Khasanah, Gresik
104.Wadie Maharief, Jogjakaarta
105.Wanto Tirta, Banyumas
106.Wastirah, Indramayu
107.Wardjito Soeharso, (Semarang)
108.Wyaz Ibn Sinentang,
109.Yoe Irawan, Sukabumi
110.Yublina Fay ,
111.Zaeni Boli, (Flores)